Apa cita-citamu saat duduk di bangku SD?
Apa cita-citamu saat duduk di bangku SMP?
Apa cita-citamu saat duduk di bangku SMA?
Apa cita-citamu saat jadi mahasiswa? atau saat usiamu
menginjak kepala dua?
Aku yakin, beberapa dari kalian konsisten dengan cita-cita
yang sudah tertanam sejak SD, atau mungkin sudah mulai mengejarnya sejak bangku
SMP. Mungkin beberapa yang ingin jadi penyanyi, sejak kecil sudah mulai ikut
les vocal. Mereka yang ingin masuk dunia sepak bola, mulai belajar menggiring
dan menendang bola. Atau yang ingin jadi dokter, mulai belajar mati-matian biar
bisa masuk SMA jurusan IPA, lanjut ke kedokteran melalui jalur tes nasional
yang dilaksanakan secara serentak.
Namun, tak sedikit juga yang cita-citanya berganti setiap
naik jenjang pendidikan. Beberapa malahan, semakin tinggi jenjang
pendidikannya, malah semakin standar aja cita-citanya. Yang nggak muluk-muluk,
yang nggak bertele-tele, dan yang nggak neko-neko.
Pingin bahagiain orang tua.
Atau enggak, singkatnya, pingin bahagiain orang-orang
tersayang.
Dewasa ini, aku sering banget denger dari temen-temen aku,
orang-orang di lingkunganku, yang notabene mahasiswa seusiaku, bilang bahwa mereka
ingin membahagiakan orang tua. Pingin buat ortunya hidup nyaman dan enak.
Pingin nggak lagi nyusahin orang tua. Terdengar sederhana banget.
Memang sangat sederhana, hingga tanpa kita sadari, hal itu buat
kita lupa sama keinginan diri sendiri. Pernah nggak sih, kalian punya satu
cita-cita atau keinginan, yang murni untuk diri kamu sendiri? Tanpa ada
embel-embel “untuk orang tua” atau “untuk orang tersayang”.
Susah jawabnya? Sama, aku juga susah. Karena tanpa kita
sadari, kita hidup memang untuk orang lain. Untuk bahagaian orang lain. Aku
selalu bilang, “Yang penting nggak nyusahin ortu aja.” Ini udah nunjukin
banget, bahwa selama ini aku ngelakuin sesuatu, a.ka sekolah, kuliah, kerja ya
niatnya cuma biar bisa mandiri dan nggak nyusahin ortu lagi.
Dari hal ini, aku tersadar, bahwa kita hidup memang untuk
orang lain. Semua orang hidup untuk orang lain. Orang lain di sini maksudnya
adalah orang yang bukan diri kita sendiri. Orang yang berdiri bukan diatas kaki
kita. Melainkan diatas kaki mereka sendiri. Yang sebenarnya bukan jadi tanggung
jawab utama kita. Namun, diam-diam nama mereka selalu kau langitkan bersama doa
yang lainnya.
Namun, dari cita-cita sederhana itu juga, aku menyadari, ya yang membuat aku terus maju ya cuma mimpi itu. cita-cita itu. Mungkin kalian juga. Jadi bagian bahagia orang tersayang adalah salah satu hal yang paling diinginkan. Kamu pasti sudah cukup puas dengan melihat orang tersayang tersenyum bangga melihat pencapaianmu. Apalagi kalau kamu, berhasil nunjukin bahwa kamu juga bisa jadi apa yang mereka inginkan. Kayak ngasih rasa puas tersendiri yang belum pernah kamu rasakan.
Akhirnya, ya, memang nggak pa-pa. Nggak ada yang salah untuk jadi sumber
bahagia orang lain. Apalagi orang lain itu merupakan orang terdekat kita, orang
tersayang kita, atau orang tua kita. Karena, bagi sebagian orang, jadi sumber
bahagia orang lain adalah sumber bahagia diri sendiri.
Namun, jangan lupa bahwa kita juga berhak bahagia. jangan sampai itu malah membuatmu memforsir dirimu lebih dari kemampuanmu. Alhasil, fisikmu sakit, jiwamu juga sakit. Jangan
lupa untuk nyenengin diri sendiri, yang penting sesuai batasannya. Walaupun itu
cuma sebentar.
0 Comments