Ketemu Buku Semarang: Perburuan Singkat di Lautan Buku


Assalamualaikum...

Kalimat pembuka kali ini aku mau mengutip kalimat Syahid Muhammad atau yang sering dipanggil Bang Iid yaitu “Karena menulis bukan hadir sejak lahir, tapi konsistensi yang terus dijalani.”

Jadi, aku telah menyelesaikan perburuan singkat di sebuah Pameran buku bertajuk Ketemu Buku Semarang. Bertempat di Gedung Wanita, Jalan Sriwijaya No. 29 Semarang, pameran buku kali ini dikemas dengan sangat modern, ala-ala kaum milenial. Hal ini terlihat dari banyaknya Quotes baper yang terpasang di halaman muka tempat pameran. Ada juga lomba-lomba seru seperti dance cover k-pop, dan penampilan musik kontemporer. Belum lagi pembicara kece badai yang turut dihadirkan untuk menyemarakkan pameran literasi terbesar di Semarang ini.

Saat memasuki area wisata buku, atmosfer buku akan langsung menyapamu. Bagaimana tidak, semua lingkup ruang dipenuhi dengan tumpukkan buku. Jika tahun lalu penataan buku dibedakan berdasarkan stand-stand penerbit seperti Gramedia, Divapress, Tiga serangkai, dan penerbit mayor lainnya, di tahun ini buku ditata dan dihimpun berdasarkan genre buku. Lebih mirip toko-toko buku yang ada di kota besar. genre-genre yang disajikan yaitu buku anak-anak, agama, filsafat umum, novel, dan lainnya. Namun, Basa-basi dan Mojok tetap punya stand tersendiri di bagian lantai yang sedikit berundak. Di area muka wisata buku, akan ada buku yang disusun rapi dengan tajuk “Best seller”. Mirip toko buku yang ada di Pandhanaran itu bukan?


Kalau dilihat dari kacamataku sebagai pengunjung, aku merasa pameran buku kali ini terkesan sumpek. Space yang digunakan untuk berlalu lalang terlalu sempit, hal ini tidak sebanding dengan pengunjung yang hilir mudik setiap saat. Penataan genre buku juga menurutku tidak berurutan. Maksudku, biasanya genre buku disajikan dari mulai yang paling umum sampai yang jarang diminati pengunjung. Atau mungkin memang panitia memiliki maksud lain dalam penataan ruang kali ini. Aku pun kurang begitu paham.  Beruntung, tajuk genre buku dipasang dengan ukuran besar, jadi hal ini cukup memudahkan pengunjung untuk langsung mencari jenis buku apa yang akan dibeli.

Walaupun begitu, aku tetap menyukai konsep pameran buku tahun ini. Pameran buku tahun ini memberikan angin segar dengan konsep yang baru dan fresh. Hal ini juga bisa dilihat dari postingan di akun Instagram-nya yaitu @pameranbuku yang selalu memberikan update informasi setiap saat. Ada banyak buku yang dibagikan secara cuma-cuma kepada para pengunjung, pastinya dengan syarat dan ketentuan yang sudah ditentukan. Syaratnya mudah kok. hehehhe..

Buku yang dijual di dalam wisata buku menurutku buku dengan harga normal. Mungkin beberapa ada yang didiskon, tapi tidak banyak. Nah... yang aku suka di sini adalah, panitia menyediakan stand khusus buku murah seharga Rp 10.000,-. Jadi semua buku yang dijual di stand itu seharga tersebut. Stand ini berada di area luar sebelum memasuki ruang wisata buku. Nanti jangan lupa mampir, siapa tahu ada buku yang kamu cari. 

Berbicara mengenai pembicara, Hari Selasa malam (5/11) aku menghadiri sesi Ngobrol Asik bareng Genta Kiswara (@gentakiswara) dan Syahid Muhammad (@Iidmhd). Ngobrol Asik malam itu dimulai pukul 19.00 sampai 21.00 WIB dengan tema "Yakin ingin Jadi Penulis?". Selain itu, Ngobrol Asik malam itu juga dimeriahkan dengan performance dari Bemandry, seorang musisi indie asal Yogyakarta.

Apa saja yang diobrolkan malam itu?
jawabannya yaitu banyak hal. Yang pasti tentang dunia kepenulisan. Tentang writer block, tentang introvert, tentang alasan menulis, tentang mental health, tentang kesedihan, tentang manusia.

Yang paling buat aku sadar akan sesuatu hal yaitu kalimat yang dituturkan oleh Bang Iid. Kalau nggak salah, kayaknya seperti ini: “Setiap orang punya proses hidup masing-masing. Setiap orang dididik dengan cara didik yang berbeda. Maka, jangan paksa orang lain untuk mengerti diri kita. Mereka akan susah mengerti. Karena mereka masing-masing punya pola pikir yang berbeda pula. Jangan bilang mau mengajari cinta, kalau kamu nggak menjadi bagian dari cinta itu.”

Nyatanya memang benar, bahwa manusia diciptakan dengan pola pikir yang berbeda. 
Kenapa akhirnya perbedaan itu ada? Karena memang kita diciptakan berbeda, walau sama-sama manusia. Menerima bukan berarti mengalah. Diam juga bukan berarti pasrah. Kamu hanya cukup buktikan, tak perlu jelaskan.

Salam literasi  semuanya... 
Wassalamualaikum...


Post a Comment

0 Comments