Judul Buku: The Bond (Ikatan)
Penulis: Eve Shi
Penerbit: Twigora
Tahun terbit: 2016
Tebal buku: 243 lembar
Assalamualaikum...
Bagaimana liburan kali ini? Seru? Apakah seseru liburan Nina
yang terjebak di sebuah rumah Belanda milik keluarganya. Penasaran dengan
ceritanya, yok... intip blurbnya dulu:
***
Aku akan memberitahumu sebuah cerita yang membuatku sangat
tidak yaman. Semuanya dimulai ketika aku menemukan sejumlah kaset peninggalan
mendiang Mama. Mendengar kembali suara orang yang seumur hidup kau cintai
menghangatkan hati dan jiwamu. Tapi yang aku temukan tak hanya itu. Mama
bilang, ada sesuatu yang mencurigakan tentang rumah yang sedang aku tempati
ini. Sesuatu yang belakangan membuatku terlibat dalam urusan masa lalu yang
belum tuntas.
Sepanjang cerita ini, aku akan menyebutkan sejumlah
karakter: ada yang penting, dan ada juga yang hanya selewat lalu. Ada yang
membuatku berdesir hangat, ada juga yang berniat menikamku dan mewarnai akhir
cerita ini dengan lumuran darah.
Di situ jugalah letak masalahnya: Aku benar-benar tak bisa
membedakan mereka.
***
Saat pertama kali aku menerima buku ini, lalu membaca
blurbnya, aku mengira novel ini akan menyuguhkan cerita horor dengan nuansa penuh kengerian dan lumuran darah. Namun, ternyata tak semenyeramkan itu.
Semuanya masih bisa dilogika. Walaupun ada beberapa bagian yang membuatku
sempat tak berani untuk membuka halaman selanjutnya.
(Ps: Aku sangat takut
dengan cerita horor. Bisa jadi menurutku ini menakutkan, dan menurut kamu
ternyata biasa saja).
The Bond menceritakan seorang gadis yang bekerja sebagai
desain grafis freelance bernama Nina. Nina sedang dalam kondisi mental tidak
baik. Mamanya baru saja meninggal. Proyek desain grafis yang sedang dikerjakan,
dananya telah dibawa pergi oleh orang tak bertanggung jawab. Hidupnya diambang
kemiskinan.
Untuk itu, ia memutuskan untuk mengasingkan diri sebentar
dari hiruk pikuk kota ke sebuah tempat yang sudah lama tak ia jamah. Sebuah
rumah belanda peninggalan mendiang Neneknya yang kemudian diwariskan kepada
Ibunya. Dialah satu-satunya pemilik rumah belanda tersebut.
Bersama empat kaset tua yang ia temukan di lemari rumah
Mamanya, ia pergi untuk tinggal sementara waktu di rumah Belanda.
Tak banyak yang Nina lakukan sepanjang dia tinggal di rumah
belanda. Dia menghabiskan waktu dengan mendengarkan rekaman suara dari kaset
yang ia temukan. Dari kaset itu pula mengalir cerita-cerita tentang seorang
anak bernama Eira dan Taruna. Juga tentang sepasang laki-laki dan perempuan
yang menculik anak majikannya. Juga tentang kematian adik dari Mamanya.
Sebuah masa lalu terpaksa harus Nina ulang demi mengurai
benang merah antar cerita. Tentang suara aneh yang tiba-tiba terdengar dari
bilik kamar Daven, dan keanehan-keanehan lainnya yang membuat Nina menjadi
was-was. Bagaimana nasib Nina selanjutnya? kamu harus baca bukunya.
Alur yang disuguhkan dalam cerita ini berupa alur campuran.
Jadi, lewat kaset recorder milik Mamanya Nina yang bernama Shava, diceritakan
tentang kejadian-kejadian yang pernah terjadi di rumah belanda tersebut.
Diceritakan dengan sudut pandang berbeda-beda, membuatku
lebih mudah memahami cerita ini. Bagaimana Shava bercerita, bagaimana Daven
bercerita, dan bagaimana Nina bercerita.
Aku agak kurang suka dengan karakter Shava yang diceritakan
dengan karakter yang suka menduga-duga. Aku menilai, dugaan-dugaan itu terlalu
dipaksakan. Namun, lewat dugaan-dugaan itu pula semuanya seperti ada benang
merahnya.
Cover bukunya berhasil menambah kesan misterius dari buku
ini. The bond berhasil membuatku berpikir logis. Hal-hal yang tak kasatmata
tidak semuanya jahat. Terkadang, manusia lebih jahat dari hantu yang hanya bisa
berbicara lewat hembusan udara.
Sampai di sini dulu ulasan kali ini. Terima kasih kepada
@rizkymirgawati yang memberiku kesempatan untuk membaca buku ini. Terima kasih
juga kepada penulis dan penerbit. Ditunggu karya selanjutnya, kak Eve.
Hope u have fun...
Wassalamualaikum....
0 Comments