judul:
Assalamualaikum, Calon Imam
penulis:
Madani_
Penerbit:
Coconut books
tebal
halaman: 476 halaman
tahun
terbit: 2017
*_*_*_
Mungkin
jodoh tidak datang tepat waktu, tapi jodoh akan datang di waktu yang tepat.
Iman, apa semua perempuan memimpikan memiliki calon iman, lalu kemudian menikah
menggapai apa yang namanya sakinah? aku tidak pernah punya pikiran untuk
menikah. Aku hanya berpikiran untuk bisa jatuh cinta.
teruntuk
Nabi terakhir yang dirindu umat, pertama tolong tambatkan cinta ini untuk-Mu.
Aku tahu menikah memang merupakan sunnah-Mu. Aku tidak akan diakui umat-Mu dan
aku juga tidak akan diakui Hamba-Nya jika aku tidak mengikuti sunnah Rasul-ku.
lalu bagaimana aku bisa menikah jika untuk jatuh cinta saja aku tak mampu,
hatiku merespon tapi otakku menolak, begitu setiap kurasakan jantung ini
berdebar.
Aku takut
menjatuhkan hati pada seorang Adam, namun nantinya aku sama terluka seperti Ummi. Bukan perkara bisa mendengar perceraian orangtua di saat usiaku menginjak
lima tahun, menjadikanku membenci sosok ayah, terlebih membuatku tak percaya
pada apa yang namanya laki-laki. Ya Rabb, sungguh aku tidak ingin menjadi anak
durhaka, jika Ummi adalah hidupku, maka Abi adalah napasku.
Apa
selamanya aku tidak bisa menerima keputusan Abi yang mengakhirinya dengan
perceraian? Bukankah itu artinya selamanya aku tidak bisa jatuh cinta?
*_*_*_
Assalamaualaikum...
Pernah
nggak sih kalian berpikir bahwa suatu hari nanti kalian akan bertemu dengan
seseorang yang akan menjadi pendamping hidupmu sampai akhir? Pasti pernahlah...
Bermimpi bahwa satu hari nanti kamu akan bertemu dengan orang spesial yang
sudah ditakdirkan oleh Tuhan untuk mendampingimu, membimbingmu menuju surgaNya.
Namun,
yang paling ditakutkan oleh semua orang adalah rasa trauma yang mengakar
terlalu kuat hingga tak bisa dilawan. Diceritakan dalam kisah novel ini, bahwa
Fisya memiliki trauma pada sebuah hubungan yang disebut keluarga. Hal itu
dikarenakan Sang Abi menceraikan Umminya pada saat ia berumur 5 tahun. Pada
masa itu, ia melihat Umminya sering menangis sendirian. Hal itu membuat Fisya
berpikir bahwa perceraian itu menyakitkan. Dan itu semua dikarenakan Abinya.
Keadaan
semakin tambah menyakitkan ketika teman masa kecilnya melamar Kakak kandungnya
sendiri. Hatinya semakin terluka karena ia telah menaruh hati pada teman masa
kecilnya itu sejak dahulu. Ia harus berusaha menjadi setegar baja demi
pernikahan kakaknya.
Fisya
memilih untuk lebih mendekatkan dirinya kepada Sang Pencipta. Ia sadar, tak
seharusnya ia bergantung pada makhluk ciptaanNya. Ketika kenyataan memintanya
untuk segera menikah, ia dilanda dilema dan rasa takut yang tak tahu harus
bagaimana.
Dengan
Nuansa islami, Madani berhasil membawa pembaca untuk kembali ingat kepada Sang
pencipta. Bahwa bergantung selain kepadaNya adalah sebuah kesalahan. Alur
cerita disampaikan dengan santai namun tetap berisi. Penokohan yang kuat
membuat kesan tersendiri bagi pembaca. Bagian paling aku suka adalah ketika
terus mengingat dan menambah hafalan Al-qur’annya. Selain itu, part Fisya dan suaminya
sangat lucu.
Dalam
novel tersebut, ada beberapa part yang membuatku sempat kebingungan dengan
tokohnya. Jika diteliti lagi, ada part yang penulisan nama tokoh tidak sesuai
dengan keadaan di cerita tersebut. Maksud saya, di suatu tempat tokoh A sedang
berbicara dengan tokoh B, namun yang disebut malah tokoh C. Tiba-tiba da tokoh
D. Hal itu sangat membingungkan.
Jika
dibandingkan dengan versi film yang sudah lama tayang di bioskop, lebih seru
dalam versi buku. Itu pendapatku, ya... Cause aku memang lebih suka membaca
buku daripada menonton film. Selain itu, pengambilan gambar di versi filmnya sangat jelek. Terlihat seperti hitam putih.
Walaupun begitu, aku tetap mengapresiasi kedua
karya tersebut karena ide dan alur cerita yang bagus. Terima kasih untuk Madani
yang sudah menulis cerita dan kepada sutradara yang telah bekerja keras untuk membuat
film ini layak ditonton khalayak ramai.
Aku beri
3,5/5 bintang untuk novel ini.
Wassalamualaikum...
0 Comments